Happy Teacher's Day 25 NOVEMBER 2016
Jumat, 25 November 2016
Selasa, 15 November 2016
KEILMUAN SATRIA PETIR
TINGKATAN-TINGKATAN SATRIA PETIR
1. PANJI
Tingkatan Panji merupakan tingkatan Dasar dalam pencak Silat Satria Petir, dan merupakan tingkatan yang melatih pesilat untuk menjadi ksatria. Tingkatan Panji terdapat tiga tahapan yaitu :
- Panji Satu dilambangkan dengan mengenakan Sabuk coklat polos.
- Panji Dua dilambangkan dengan mengenakan Sabuk coklat dengan berupa satu strip putih diujung sabuk.
- Panji Tiga dilambangkan dengan mengenakan Sabuk coklat dengan berupa dua strip putih diujung sabuk.
Warna coklat disabuk melambangkan dasar layaknya manusia berpijak diatas tanah sebagai dasarnya.
2. SATRIA
Tingkatan Satria merupakan tingkatan menengah dalam Pencak Silat ini dimana pesilat sudah melewati tingkatan Panji yang melatih mental dan fisik untuk menjadi Satria. Ditingkatan ini akan lebih mendalam dalam mempelajari gerakan fisik hingga kekuatan metafisika dan Supranatural. Tingkatan Satria terdapat tiga tahapan yaitu :
- Satria Satu(Satrio Abang) dilambangkan dengan mengenakan sabuk merah polos.
- Satria Dua(Satrio Kuning) dilambangkan dengan mengenakan sabuk merah dengan strip kuning diujung sabuk.
-Satria Tiga(Satrio Ireng) dilambangkan dengan mengenakan sabuk merah dengan strip berwarna hitam diujung sabuk.
-Satrio Putih(Satrio Putih) dilambangkan dengan mengenakan sabuk berwarna merah dengan strip berwarna putih diujung sabuk.
Warna merah pada sabuk melambangkan warna Api dimana api itu melambangkan semangat yang membara dalam hal menuntut ilmu dan mencari kebenaran yang sejati.
3.PATIH
Tingkatan ini merupakan tingkatan tertinggi yaitu tingkatan pemilik ilmu(Guru Besar) tingkatan ini dapat diwariskan oleh Ahli waris yang diputuskan Guru Besar. Tingkatan ini dilambangkan dengan mengenakan Sabuk Putih dengan bendera Indonesia dan Strip berwarna biru muda. Sabuk putih menggambarkan kesucian dan bendera Indonesia Merah Putih menggambarkan Ilmu ini lahir di bumi Nusantara serta Strip berwarna biru menandakan bahwa ilmu ini lahir dari keturunan Keraton Surakarta Hadiningrat.
Minggu, 23 Oktober 2016
STRUKTUR PERGURUAN PENCAK SILAT SATRIA PETIR
Berikut Ini Adalah Struktur Perguruan Satria Petir:
Guru Besar
KPH.Darudriyo S
Pembina
R.M Herry Wibowo
Ketua Umum
Muhamad Riqi
Wakil Ketua
Aji Sofyan
Sekertaris
Ahmad Alwan Afif
Aji Sofyan
R.M Ariya D.P
Bendahara
Chintya Y.V
Zahwa K.Y
Pelatih
Ahmad Alwan Afif
Aji Sofyan
R.M Ariya D.P
Humas
Angga Pujiyanto
Ahmad Alwan Afif
Leonardo Daniel H
Pengamat
Elisa Putri
R.M Ariya D.P
Medis
Angga Pujianto
Elisa Putri
Abdu M Farhan
Wasit
Abdu M Farhan
Syamsir A
SEJARAH PAGUYUBAN SASTRA JENDRA HUYUNINGRAT PANGRUWATING DIYU
I. Sejarah Keilmuan
Sejarah keilmuan ini tidak terlepas dari
kota Surakarta dan Karaton Surakarta Hadiningrat. Di mana tradisi
budaya spiritual masih dijunjung tinggi. Sesepuh Paguyuban Sastra Jendra
Hayuningrat Pangruwating Diyu adalah putra kelahiran Surakarta yang
masih ketururan dari Sinuhun Paku Buwono X, bernama KPH. Darudriyo
Sumodiningrat, SE. Beliau lahir pada Rebo Wage 11 Juli 1945.. Beliau
putra dari BPH.Mr. Sumodiningrat (Pakar Tosan Aji/Perkerisan dan Sarjana
Hukum Lulusan Leiden, Belanda). KPH. Darudriyo Sumodiningrat, SE yang
lebih dikenal dengan sebutan Romo Ndaru, beliau dinyatakan oleh para
sesepuh dan keluarganya yang masih berdarah Karaton Kasunanan Pakuwubono
di Surakarta. Beliau adalah seseorang yang mendapatkan wahyu Sastra
Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu yang merupakan ilmu Jawa Kuno.
Sejarahnya adalah pada tahun 1964, Romo Ndaru menderita sakit Panas dan
selalu maracau selama 1 bulan. Suhu badannya sangat tinggi dan terkadang
tidak sadarkan diri ini dialami hari demi hari. Selama menderita sakit
Romo Ndaru sering merasa didatangi oleh seorang kakek baik dalam mimpi
maupun secara sadar. Kakek ini memberikan wejangan-wejangan secara terus
menerus. Hal ini dialami oleh Romo Ndaru selama sakit. Siapakah kakek
yang mendatangi Romo Ndaru tersebut? Beliau adalah Susuhunan Paku Buwono
X, di mana wajah beliau sangat dikenal karena di rumahnya terpampang
foto paku Buwono X. Dengan demikian yang memberikan wejangan itu adalah
kakek Romo Ndaru sendiri.ketika sudah sembuh dari sakit Romo Ndaru mulai
tertarik pada misteri yang terjadi pada dirinya.
Romo Ndaru mulai menyepi di Gunung Lawu selama bebulan bulan. Berpindah dari bukit yang satu ke bukit lainnya. Dari Hargo Dumilah, Hargo Puruso. Romo Ndaru bertarak brata tirakat dengan makan apa adanya. Seperti pertapa pada jaman dahulu kala. Mulai saat itu mulailah Romo Ndaru dapat berkontleplasi dan mengendapkan apa yang telah diwejangkan Eyangnya kepada dirinya. Setelah selesai berkelana dan bertemu dengan sesepuh kejawen yang waskita untuk mengetahui misteri yang dialaminya maka dinyatakan bahwa apa yang didapat adalah Ilmu Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu. Begitupun juga ayahnya sendiri menambahkan bahwa Ilmu tersebut adalah ilmu jawa Kuno yang juga turun kepada eyangnya yaitu Susuhunan Paku Buwono X. Ilmu Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu ini menjadi andalan atau pegangan spiritual Karaton Paku Buwono hingga sekarang.
Romo Ndaru mulai menyepi di Gunung Lawu selama bebulan bulan. Berpindah dari bukit yang satu ke bukit lainnya. Dari Hargo Dumilah, Hargo Puruso. Romo Ndaru bertarak brata tirakat dengan makan apa adanya. Seperti pertapa pada jaman dahulu kala. Mulai saat itu mulailah Romo Ndaru dapat berkontleplasi dan mengendapkan apa yang telah diwejangkan Eyangnya kepada dirinya. Setelah selesai berkelana dan bertemu dengan sesepuh kejawen yang waskita untuk mengetahui misteri yang dialaminya maka dinyatakan bahwa apa yang didapat adalah Ilmu Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu. Begitupun juga ayahnya sendiri menambahkan bahwa Ilmu tersebut adalah ilmu jawa Kuno yang juga turun kepada eyangnya yaitu Susuhunan Paku Buwono X. Ilmu Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu ini menjadi andalan atau pegangan spiritual Karaton Paku Buwono hingga sekarang.
II. Pelembagaan Ajaran Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu
Seperti telah dikisahkan di atas, KPH
Darudriyo Sumodiningrat memang benar menguasai dan dapat menerangkan
Ilmu Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu secara ilmiah. Oleh
karena itu mulailah banyak orang berdatangan, baik teman dekat maupun
masyarakat Solo dan sekitarnya. Mereka meminta wejangan kepada Romo
Ndaru. Bahkan banyak sesepuh Kejawen dan spiritual di sekitar Solo ikut
mengasah ulang meminta untuk diwejang ilmu (ngangsu Kawruh ) oleh KPH
Darudriyo Sumodiningrat.Pada tahun 1965 dimana saat itu usia dari KPH Darudriyo masih sangat muda, beliau ikut berkiprah untuk menanggapi situasi yang sangat mengerikan dan menentang paham Komunisme pada tahun itu. Yang diupayakan oleh KPH Darudriyo adalah Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu ini dogmanya adalah “Mengakui Adanya Tuhan Yang Maha Esa dan Maha Segalanya”. Maka dengan demikian Ilmu Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu sangat bertentangan dengan ajaran Komunisme. Pada saat itu KPH Darudriyo bersama sahabat dan juga murid-muridnya ikut mengamankan PANCASILA dan Bhineka Tunggal Ika. Karena pada waktu itu penghayat Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu tidak ikut partai politik, maka dengan demikian dapat langsung “Cancut Taliwondo” untuk mengatasi situasi pada tahun 1965/1966 dalam rangka Bela Negara secara murni.
Pada saat itulah mulai dibentuk “Paguyuban” dengan narasumber atau “Sesepuh” yaitu KPH. Darudriyo Sumodiningrat, SE. Dengan berjalannya waktu KPH. Darudriyo Sumodingrat, SE hijrah ke Jakarta untuk melanjutkan “Topo Ngrame” .
Ajaran Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu ini terus berkembang dari tahun ke tahun hingga saat ini. Karena ajaran ini merupakan suatu “Kepercayaan” yang dilindungi oleh UUD’45 Pasal 29 ini disadari dan dibutuhkan oleh segenap lapisan masyarakat.
Menyadari bahwa paguyuban adalah sebuah organisasi masa , maka dibentuklah kepengurusan baik di tingkat Pusat maupun di daerah. Kelengkapan administrasi baik AD/ART telah dinotariskan dan telah diinventaris pada Kementrian Pendidikan Nasional dan juga telah didaftarkan pada Kementrian Dalam Negeri Republik Indonesia.
Jumat, 14 Oktober 2016
PERGURUAN PENCAK SILAT SATRIA PETIR/IKATAN KETERAMPILAN BELA DIRI SATRIA PETIR
PERGURUAN PENCAK SILAT SATRIA PETIR
Perguruan Pencak Silat Satria Petir Diambil Dari Bahasa Jawa Yaitu SASTRO ROGO ING ALOGO YEN PUSAKANE TAKWA LAN DZIKIR.Yang Artinya ILMU TUBUH DI MEDAN PERANG YANG PUSUKANYA TAKWA DAN DZIKIR. Satria Petir Di Dirikan Pada Tanggal 31 Agustus 2016 Yang Pada Mulanya Hanyalah Belajar Bela Diri Secara Tidak Sengaja Atau Tanpa Ada Niatan Sebelumnya Dan Akhirnya Menjadi Perguruan Yang Di Minati Oleh Masyarakat Sekitar,Akhirnya kami memutuskan untuk membuat organisasi yang termasuk bagian dari Paguyuban Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu yang berupa Badan Kepemudaan dengan badan yang bernama Ikatan Keterampilan Satria Petir dan Insyaallah tahun 2017 mendatang kami akan menjadi organisasi tersendiri dan mendaftarkan organisasi ini menjadi anggota IPSI dengan nama PPS Satria Petir.Pencak Silat Satria Petir merupakan gerakan-gerakan beladiri yang dasarnya diambil dari ilmu Sastra Jendra Hayuningrat Yang Digunakan Untuk Beladiri Modern Atau Non Modern.Satria Petir sekarang masih termasuk dalam badan kepemudaan dan dibina Oleh SASTRA JENDRA HAYUNINGRAT PANGRUWATING DIYU Yang Sudah Berdiri Sejak Tahun 1965 Oleh KPH.Darudriyo.
Cukup Sekian Dari Kami Perguruan Satria Petir Apabila Ada Kesalahan Mohon Dimaafkan,Terima Kasih Sudah Berkunjung.
Langganan:
Postingan (Atom)